Ketika sebuah negara adidaya membuat keputusan ekonomi besar, gelombangnya dirasakan ke seluruh penjuru dunia. Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2025 membawa perubahan signifikan dalam lanskap ekonomi global. Kebijakan proteksionisme yang agresif, khususnya melalui tarif resiprokal yang mencapai hingga 125% untuk produk tertentu, telah mengubah cara investor melihat peluang di pasar modal Amerika.
Era yang dikenal sebagai Trump 2.0 menandai periode di mana kebijakan pro-bisnis bertemu dengan strategi perdagangan yang proteksionistik. Kombinasi ini menciptakan peluang unik bagi investor yang memahami dinamika pasar. Beberapa sektor akan mendapat keuntungan besar, sementara yang lain menghadapi tantangan berat.
Pertanyaan utama yang muncul adalah Saham mana yang akan menjadi pemenang di era ini? Artikel ini akan mengungkap 10 saham AS terbaik yang berpotensi memberikan return maksimal di tengah gelombang perubahan kebijakan ekonomi Trump. Kami akan membahas tidak hanya prospek keuangan, tetapi juga bagaimana kebijakan tarif dan deregulasi mempengaruhi kinerja setiap perusahaan.
Mengenal Trump 2.0 dan Agensi Ekonominya
Apa yang Dimaksud dengan Trump 2.0?
Trump 2.0 bukan sekadar kembalinya seorang pemimpin, melainkan kelanjutan dan penguatan strategi ekonomi proteksionistik yang lebih agresif daripada periode pertama Trump. Pada fase pertamanya (2017-2021), Trump telah memulai perang dagang dengan China dan menerapkan tarif selektif. Namun, pada periode kedua ini, pendekatannya jauh lebih ambisius dan komprehensif.
Perbedaan mendasar dengan periode pertama:
-
Tarif universal 10% diterapkan pada hampir semua produk impor mulai April 2025
-
Tarif tambahan khusus hingga 125% untuk produk China
-
Tarif resiprokal yang disesuaikan untuk setiap negara berdasarkan surplus perdagangan mereka
-
Fokus pada reshoring manufaktur untuk mengembalikan produksi ke Amerika Serikat
Strategi ini dijalankan dengan tujuan utama mengurangi defisit perdagangan Amerika, memperkuat sektor manufaktur domestik, dan menempatkan AS kembali sebagai pemimpin ekonomi global.
Tiga Pilar Utama Kebijakan Trump 2.0
Pertama, Tarif Resiprokal dan Proteksionisme
Kebijakan tarif merupakan tulang punggung strategi ekonomi Trump 2.0. Pada 2 April 2025, Trump mengumumkan apa yang disebut (Hari Pembebasan) dengan menerapkan tarif dasar 10% untuk semua impor, dengan pengecualian terbatas untuk komoditas strategis seperti semikonduktor dan obat-obatan.
Namun, tarif tidak berhenti di sini. Setiap negara menghadapi tarif tambahan berdasarkan surplus perdagangan mereka terhadap Amerika.
Indonesia, misalnya, dikenakan tarif 32% untuk produk tertentu. China menghadapi tarif hingga 125% karena surplus perdagangannya yang sangat besar.
Dampak utama dari tarif ini:
-
Produk impor menjadi lebih mahal di pasar AS
-
Manufaktur domestik AS mendapat perlindungan
-
Perusahaan multinasional yang bergantung pada rantai pasok global harus menyesuaikan strategi
Kedua, Deregulasi dan Kebijakan Pro-Bisnis
Selain tarif, Trump 2.0 juga menekankan pengurangan regulasi untuk merangsang pertumbuhan bisnis.
Beberapa langkah konkret termasuk:
-
Pembatasan peraturan lingkungan untuk sektor energi minyak dan gas
-
Deregulasi di sektor keuangan dengan harapan meningkatkan aktivitas merger dan akuisisi
-
Penyederhanaan proses persetujuan untuk proyek infrastruktur
-
Dukungan pada industri manufaktur berat dan aerospace
Kebijakan ini menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan besar dengan margin keuntungan yang terus meningkat.
Ketiga, Investasi Besar-besaran dalam AI dan Infrastruktur
Ironis, di tengah fokus pada proteksionisme, Trump juga mendukung investasi massive dalam teknologi. Proyek Stargate senilai 500 miliar dolar antara OpenAI, SoftBank, dan Oracle menandai komitmen untuk membangun infrastruktur AI terdepan di dunia.
Investasi sebesar ini berarti demand terhadap teknologi, semikonduktor, dan infrastruktur data center akan meledak. Perusahaan yang menyediakan produk dan layanan untuk ekosistem ini akan menjadi penerima manfaat utama.
Dampak Kebijakan Tarif terhadap Pasar Saham
Bagaimana Tarif Mempengaruhi Sektor-Sektor Berbeda?
Tidak semua saham bereaksi sama terhadap kebijakan tarif. Beberapa mendapat manfaat, sementara yang lain terkena dampak negatif. Pemahaman tentang peta dampak tarif sangat penting bagi investor.
Sektor yang Mendapat Manfaat:
-
Manufaktur Domestik: Perusahaan yang memproduksi barang di AS dan bersaing langsung dengan impor akan mendapat perlindungan. Produk mereka menjadi lebih kompetitif harganya dibanding barang impor.
-
Energi: Dengan deregulasi lingkungan, sektor minyak dan gas mendapat ruang untuk eksplorasi baru dan ekspansi produksi.
-
Keuangan: Aktivitas M&A diproyeksikan meningkat tajam karena deregulasi sektor ini dan prospek pemulihan ekonomi.
-
Infrastruktur dan Aerospace: Pembangunan infrastruktur dan investasi pertahanan akan meningkat.
Sektor yang Terkena Dampak Negatif:
-
Teknologi Multinasional: Perusahaan yang bergantung pada ekspor atau rantai pasok global akan menghadapi margin yang lebih ketat.
-
Retail dan Konsumen: Harga produk impor akan naik, yang bisa mengurangi margin keuntungan retailer.
-
Manufaktur yang Bergantung Impor: Perusahaan yang menggunakan komponen impor akan menghadapi biaya produksi yang lebih tinggi.
Volatilitas dan Peluang Investor
Dalam beberapa bulan awal penerapan tarif, pasar mengalami volatilitas yang cukup tajam. Indeks saham anjlok ketika investor memproses berita tarif yang lebih tinggi dari yang diperkirakan. Russell 2000 (index untuk perusahaan kecil) awalnya naik 4,8% karena harapan mereka akan fokus pada pasar domestik, tetapi kemudian mengalami koreksi.
Namun, investor jangka panjang melihat peluang di tengah gejolak ini. Ketika harga saham perusahaan fundamental kuat turun karena fear, investor yang memahami bisnis mendasar perusahaan dapat membeli dengan harga diskon.
Profil 10 Saham AS Terbaik di Era Trump 2.0
H3: 1. Nvidia Corporation (NVDA) – Raja Semikonduktor AI
Alasan Masuk Daftar Nvidia adalah perusahaan paling strategis dalam ekosistem kecerdasan buatan. Dengan market cap melebihi 5 triliun dolar pada akhir 2024, perusahaan ini mendominasi pasar GPU (Graphics Processing Unit) yang menjadi jantung komputasi AI.
Prospek di Era Trump:
-
Investasi AI Masif: Proyek Stargate dan ekspansi pusat data akan mendorong permintaan chip GPU Nvidia yang eksponensial.
-
Margin Keuntungan Tinggi: CEO Jensen Huang memproyeksikan pendapatan lebih dari 500 miliar dolar dari arsitektur chip Blackwell dan Rubin hingga 2026.
-
Keunggulan Kompetitif: Platform CUDA milik Nvidia menciptakan (lock-in effect) yang membuat pelanggan sulit beralih ke kompetitor.
Tantangan:
-
Valuasi sudah sangat tinggi, sehingga margin keamanan investor berkurang
-
Kompetisi dari chip custom yang dikembangkan perusahaan besar seperti Google dan Meta mulai intensif
Target Harga: Saxo Bank memproyeksikan Nvidia bisa mencapai 250 dolar pada 2025, dengan potensi naik 80% dari level sebelumnya.
2. Microsoft Corporation (MSFT) – Pelopor Cloud dan AI
Alasan Masuk Daftar Microsoft adalah gateway utama untuk AI enterprise. Dengan integrasi ChatGPT OpenAI ke dalam ekosistem produk mereka, Microsoft telah memposisikan diri sebagai perusahaan yang menghubungkan bisnis tradisional dengan era AI.
Prospek di Era Trump:
-
Capex Eksplosif: Microsoft sedang merencanakan untuk hampir melipat gandakan jaringan pusat datanya dalam dua tahun ke depan. Hal ini memastikan pertumbuhan revenue dari layanan cloud Azure yang kuat.
-
Deregulasi Teknologi: Meski ada perhatian antitrust, deregulasi keseluruhan akan menguntungkan Microsoft karena positioning monopolinya di enterprise software.
-
Investasi 91-93 Miliar Dolar Capex 2025: Angka ini menunjukkan keyakinan manajemen pada pertumbuhan jangka panjang.
Kinerja 2024: Saham MSFT naik seiring dengan revolusi AI, dan pertumbuhan ini diperkirakan berlanjut.
3. JPMorgan Chase & Co. (JPM) – Raksasa Perbankan Investasi
Alasan Masuk Daftar JPMorgan adalah bank terbesar di Amerika dengan keunggulan dominan di sektor investment banking dan wealth management. Kebijakan Trump 2.0 yang pro bisnis akan mendorong lonjakan aktivitas M&A.
Prospek di Era Trump:
-
Boom M&A: Deregulasi sektor keuangan akan memicu aktivitas merger dan akuisisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. JPMorgan, sebagai pemain utama, akan mengumpulkan fee yang besar dari transaksi ini.
-
Pemulihan IPO: Pasar IPO menunjukkan pemulihan dengan peningkatan nilai tahunan sebesar 50%. Sebagai underwriter terkemuka, JPM akan mendapatkan komisi signifikan.
-
Suku Bunga: Meski Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga, net interest income dari aset perbankan JPM tetap kuat karena margin yang luas.
Return 2024: Saham JPM naik seiring dengan kemenangan Trump, didorong oleh ekspektasi deregulasi.
4. Goldman Sachs Group Inc. (GS) – Investasi Banking Excellence
Alasan Masuk Daftar Goldman Sachs adalah spesialis dalam deal-making dan principal investments. Pada 2024, GS mencatat return pemegang saham sebesar 52%, menunjukkan performa luar biasa.
Prospek di Era Trump:
-
Dominasi M&A: Goldman memiliki track record sebagai pemimpin global dalam penyelesaian M&A. Boom deal di Trump 2.0 akan menguntungkan GS secara signifikan.
-
Revolusi AI: Perusahaan mulai melakukan investasi besar di AI dan machine learning, membuka peluang baru bagi layanan keuangan berbasis teknologi Goldman.
-
Principal Investments: Divisi principal investments Goldman memberikan aliran pendapatan tambahan yang memperkuat neraca.
Valuasi: Price-to-Earnings (PE) GS lebih tinggi dari pesaingnya, mencerminkan optimisme pasar terhadap pertumbuhan profitabilitas.
5. Palantir Technologies Inc. (PLTR) – Spesialis Big Data dan AI
Alasan Masuk Daftar Palantir adalah perusahaan yang telah membuktikan diri sebagai pemimpin dalam bidang big data dan analytics AI. Pada 2024, PLTR mencatatkan return 452,94%, dengan pertumbuhan 61,72%.
Prospek di Era Trump:
-
Pemerintah sebagai Klien Utama: Trump 2.0 akan meningkatkan pembelian teknologi defensi dan homeland security, yang merupakan klien inti Palantir.
-
Komersial Melledak: Divisi komersial Palantir juga tumbuh cepat, dengan lonjakan pendapatan 64% pada Q4 2024.
-
Sektor Pemerintah Meluas: Pendapatan dari sektor pemerintah naik 45% di Q4 2024, mencerminkan permintaan yang kuat untuk teknologi keamanan dan analisis data.
Target Market: Perusahaan yang membutuhkan analisis data kompleks untuk decision making akan terus mencari solusi Palantir.
6. Tesla Inc. (TSLA) – Pionir Kendaraan Listrik
Alasan Masuk Daftar Tesla adalah pemimpin dalam revolusi kendaraan listrik. Meski CEO Elon Musk terlibat dalam politik dan menghadapi beberapa tantangan regulasi, bisnis fundamental Tesla tetap kuat.
Prospek di Era Trump:
-
Tarif Melindungi Tesla: Tarif tinggi pada kendaraan impor akan melindungi Tesla dari kompetisi internasional, terutama dari produsen Tiongkok seperti BYD.
-
Infrastruktur Charging: Investasi dalam infrastruktur charging akan terus berlanjut, menciptakan lock-in effect untuk pemilik Tesla.
-
Energy Storage: Divisi penyimpanan energi Tesla (battery storage) akan mendapat manfaat dari boom energi terbarukan yang masih berlanjut.
Tantangan: Perlambatan penjualan di beberapa pasar dan valuasi yang fluktuatif karena sentimen terhadap Musk.
7. ExxonMobil Corporation (XOM) – Raja Energi Tradisional
Alasan Masuk Daftar ExxonMobil adalah produsen minyak dan gas terbesar di Amerika dengan cadangan besar dan dividen yang stabil. Kebijakan Trump yang pro energi tradisional akan menguntungkan sektor ini.
Prospek di Era Trump:
-
Deregulasi Lingkungan: Trump telah membuka kembali lahan federal untuk pertambangan dan eksplorasi minyak gas, yang akan meningkatkan volume produksi ExxonMobil.
-
Harga Energi: Dengan konflik geopolitik yang berkelanjutan (terutama di Timur Tengah), harga minyak diperkirakan tetap tinggi, yang menguntungkan margin keuntungan ExxonMobil.
-
Dividen Stabil: ExxonMobil adalah salah satu perusahaan yang paling konsisten dalam membayar dividen, menarik investor konservatif.
Investasi Capex: ExxonMobil terus menginvestasikan capital expenditure untuk ekspansi produksi, terutama di area shale oil.
8. Amazon.com Inc. (AMZN) – Raksasa Retail dan Cloud
Alasan Masuk Daftar Amazon adalah pemimpin dalam e-commerce dan cloud computing (AWS). Dua divisi ini memberikan Amazon keragaman revenue stream dan positioning yang unik.
Prospek di Era Trump:
-
Capex Eksplosif untuk AI: Amazon telah menaikkan proyeksi capex 2025 menjadi 125 miliar dolar, dengan fokus pada infrastruktur AI dan data center.
-
AWS Tetap Dominan: Layanan cloud AWS tetap menjadi sumber keuntungan terbesar Amazon dengan margin yang tinggi, tidak terpengaruh oleh tarif.
-
Perlindungan Retail: Tarif tinggi pada impor akan membuat kompetitor internasional kesulitan bersaing dengan Amazon di pasar AS.
Diversifikasi: Model bisnis Amazon yang diversifikasi (retail, cloud, advertising, logistics) memberikan resiliensi terhadap gejolak ekonomi.
9. Apple Inc. (AAPL) – Ikon Teknologi Konsumen
Alasan Masuk Daftar Apple adalah perusahaan paling berharga di dunia dengan brand yang kuat dan ekosistem produk yang terintegrasi. Dividen Apple stabil dan return pemegang saham konsisten.
Prospek di Era Trump:
-
Tarif Impor dan Reshoring: Meski Apple memproduksi di luar negeri (terutama China dan Vietnam), tarif tinggi akan mendorong reshoring manufaktur ke AS, yang bisa menguntungkan Apple dalam jangka panjang.
-
Investasi R&D AI: Apple sedang berinvestasi besar dalam AI untuk produk mereka, yang akan menjadi katalis pertumbuhan revenue baru.
-
Dividen dan Buyback: Apple memiliki cash reserve yang besar dan terus melakukan share buyback, yang menguntungkan pemegang saham existing.
Tantangan: Valuasi yang tinggi dan pertumbuhan revenue yang melambat di beberapa divisi.
10. Broadcom Inc. (AVGO) – Infrastruktur Semikonduktor
Alasan Masuk Daftar Broadcom adalah produsen chip dan infrastruktur jaringan yang critical untuk operasi data center dan AI. Permintaan produk Broadcom terus meningkat seiring dengan boom AI.
Prospek di Era Trump:
-
Infrastruktur Data Center: Dengan investasi Stargate dan ekspansi kapasitas data center oleh hyperscalers, permintaan chip networking dan infrastructure Broadcom akan meledak.
-
Diversifikasi Produk: Broadcom tidak hanya membuat chip tapi juga software dan solusi infrastruktur, yang memberikan resiliensi terhadap gejolak harga hardware.
-
Margin Keuntungan Tinggi: Produk Broadcom memiliki margin keuntungan yang tinggi karena positioning premium di market.
Partnership Strategis: Broadcom memiliki partnership dengan pemain besar di industri, memberikan stabilitas revenue dan akses ke teknologi terbaru.
Strategi Investasi di Era Trump 2.0
Analisis Fundamental vs Sentiment Pasar
Dalam era Trump 2.0 jangan biarkan headline membuat Anda panik atau terlalu optimis. Kunci sukses investasi adalah memahami fundamental bisnis di balik setiap saham, bukan hanya bereaksi terhadap berita tarif setiap hari.
Langkah-langkah untuk analisis fundamental yang solid:
-
Telaah Model Bisnis: Pahami dari mana sumber pendapatan utama perusahaan. Apakah sangat bergantung pada impor atau ekspor? Jika ya, ekspektasikan margin keuntungan tertekan.
-
Evaluasi Competitive Moat: Adakah keunggulan kompetitif yang sustainable? Untuk Nvidia, CUDA adalah moat. Untuk Apple, ecosystem dan brand adalah moat. Moat yang kuat melindungi dari tarif dan kompetisi.
-
Proyeksi Pertumbuhan Jangka Panjang: Tarif mungkin impact jangka pendek, tetapi pertumbuhan fundamental jangka panjang yang lebih penting untuk investasi jangka panjang.
Diversifikasi Sektor dan Manajemen Risiko
Jangan tempatkan semua dana di satu saham atau satu sektor. Portfolio yang terdiversifikasi dengan baik akan melindungi Anda dari gejolak sector-specific.
Alokasi Portfolio yang Seimbang:
-
Teknologi dan AI (40%): Nvidia, Microsoft, Amazon, Broadcom saham ini mendapat manfaat dari investasi AI masif.
-
Keuangan (25%): JPMorgan, Goldman Sachs akan untung dari boom M&A.
-
Energi (15%): ExxonMobil – diversifikasi ke sektor tradisional.
-
Konsumen dan Inovasi (20%): Tesla, Apple pertumbuhan jangka panjang dari inovasi.
Alokasi ini dapat disesuaikan sesuai risk tolerance dan time horizon Anda.
Timing Masuk dan Accumulation Strategy
Volatilitas yang tinggi menciptakan peluang. Gunakan strategi DCA (Dollar Cost Averaging) untuk masuk secara bertahap, bukan sekaligus.
Tahapan Accumulation:
-
Jika harga turun 10-15% dari recent high → beli 30% dari target position
-
Jika harga turun 20-25% → beli 40% dari target position
-
Jika harga turun lebih dari 30% → beli sisa 30% dari target position
Strategi ini memastikan Anda tidak membeli di puncak tetapi juga tidak melewatkan peluang.
Ancaman dan Peluang Tersembunyi
Skenario Terburuk: Trade War Escalation
Meski Trump 2.0 memiliki banyak peluang, ada risiko nyata. Jika perang tarif terus meningkat dan negara-negara melakukan balasan bersama-sama, bisa terjadi:
-
Resesi global dari kontraksi perdagangan yang severe
-
Deflasi harga dari perlambatan demand
-
Collapse dalam saham tech jika ekspor ke pasar global terhenti
Risiko ini kecil tetapi perlu dipertimbangkan, terutama untuk posisi long-term investor.
Peluang dari Shift Rantai Pasok
Di sisi lain, ada peluang besar dari trade diversion. Ketika tarif China tinggi, perusahaan akan mencari supplier alternatif. Vietnam, India, Indonesia, dan negara Asia Tenggara lainnya menjadi beneficiary. Namun, dari perspektif investor AS, peluang terletak pada:
-
Perusahaan logistics yang mengurus supply chain baru
-
Perusahaan dengan footprint di multiple countries yang bisa redirect production
-
Perusahaan lokal AS yang bisa menggantikan impor
7 Poin-Poin Utama
-
Trump 2.0 menghadirkan periode yang penuh peluang bagi investor yang memahami fundamental bisnis dan dinamika kebijakan.
-
10 saham yang kami bahas Nvidia, Microsoft, JPMorgan, Goldman Sachs, Palantir, Tesla, ExxonMobil, Amazon, Apple, dan Broadcom memiliki positioning yang kuat untuk mendapat manfaat dari kebijakan Trump 2.0.
-
Sektor teknologi dan AI menjadi bidik utama karena investasi Stargate dan ekspansi infrastruktur data center.
-
Sektor keuangan akan untung dari boom M&A yang dipicu deregulasi.
-
Diversifikasi portfolio adalah kunci manajemen risiko di era volatilitas tinggi seperti ini.
-
Strategi DCA dan analisis fundamental lebih penting daripada market timing dalam jangka panjang.
-
Risk management tetap prioritas meski sentimen pasar sedang optimis terhadap kebijakan Trump.
Panduan Praktis Memulai Investasi Saham AS
Memilih Broker dan Platform
Untuk investor Indonesia yang ingin berinvestasi di saham AS, ada beberapa pilihan:
-
Aplikasi Trading Internasional: Interactive Brokers, Charles Schwab International, atau eToro menawarkan akses ke bursa AS dengan biaya reasonable.
-
Platform Lokal dengan Akses Saham AS: Beberapa broker lokal Indonesia juga menawarkan akses ke saham AS melalui partnership.
-
Robo-Advisors: Jika Anda tidak ingin repot memilih saham sendiri, robo-advisor dengan exposure ke saham AS bisa menjadi pilihan passive.
Manajemen Risiko Forex
Karena harga saham AS dalam dolar, ada risiko forex yang perlu dikelola:
-
Lindungi dengan hedge: Gunakan instrumen forex forward atau options untuk melindungi dari depresiasi rupiah yang mendadak.
-
DCA dalam dolar: Jika Anda membeli saham secara berkala (DCA), distribusikan juga pembelian rupiah ke dolar secara bertahap.
-
Fokus pada fundamental: Dalam jangka panjang, fundamental bisnis jauh lebih penting daripada fluktuasi forex jangka pendek.
FAQ – Pertanyaan Umum tentang Trump 2.0 dan Investasi Saham
1. Apakah semua saham AS akan naik di era Trump 2.0?
Jawaban: Tidak. Hanya saham dengan fundamental kuat dan positioning tepat yang akan menguntungkan. Saham yang bergantung pada impor atau ekspor bisa mengalami tekanan margin. Investor perlu selektif dalam memilih saham.
2. Berapa lama kebijakan Trump 2.0 akan mempengaruhi pasar?
Jawaban: Kebijakan tarif bisa bertahan lama jika ditujukan untuk proteksionisme struktural. Namun, dampak sentiment bisa berubah dengan cepat berdasarkan negosiasi perdagangan. Jangka menengah (2-3 tahun ke depan), dampak tarif akan lebih stable.
3. Apakah Nvidia terlalu mahal untuk dibeli sekarang?
Jawaban: Nvidia memiliki valuasi tinggi tetapi fundamental pertumbuhan juga sangat kuat dengan proyeksi revenue 500 miliar dolar. Gunakan DCA strategy dan tidak membeli sekaligus. Selain Nvidia, pilihan lain seperti Broadcom atau Microsoft bisa menjadi alternatif dengan valuasi lebih reasonable.
4. Apa yang harus dilakukan jika pasar crash?
Jawaban: Jangan panic sell. Jika fundamental bisnis perusahaan tidak berubah, harga yang lebih rendah adalah opportunity untuk membeli lebih banyak. Gunakan crash sebagai kesempatan untuk accumulate saham berkualitas dengan harga diskon.
5. Apakah tarif bisa merugikan konsumen AS?
Jawaban: Ya. Tarif tinggi akan menaikkan harga produk impor untuk konsumen, terutama di kategori elektronik dan pakaian. Ini bisa menurunkan daya beli dan menekan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, untuk investor saham, pertumbuhan margin keuntungan manufaktur domestik bisa mengkompensasi.
Kesimpulan
Era Trump 2.0 membuka pintu peluang investasi yang besar, tetapi juga membawa tantangan yang tidak boleh diabaikan. Kebijakan tarif yang proteksionistik menciptakan winners dan losers yang jelas. Investor yang memahami dinamika ini dan memilih saham dengan fundamental kuat akan meraih keuntungan maksimal.
10 saham yang kami rekomendasikan Nvidia, Microsoft, JPMorgan, Goldman Sachs, Palantir, Tesla, ExxonMobil, Amazon, Apple, dan Broadcom semuanya memiliki positioning strategis untuk mendapat manfaat dari kebijakan Trump 2.0, baik dari sisi deregulasi, investasi AI masif, atau perlindungan tarif.
Namun, ingat bahwa investasi saham tidak pernah tanpa risiko. Diversifikasi portfolio, gunakan strategi DCA, lakukan analisis fundamental yang mendalam, dan kelola risiko forex dengan baik. Jangan biarkan headline pasar membuat Anda membuat keputusan impulsif.
Dengan pendekatan yang disiplin dan pemahaman yang mendalam tentang fundamental bisnis, Anda bisa mengubah era Trump 2.0 menjadi peluang untuk membangun kekayaan jangka panjang melalui investasi saham AS.
